Sabtu, 01 Desember 2012

ANALISIS KARYA SASTRA


ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA
Nilai-nilai Edukatif Karya sastra
(Novel Siti Nurbaya Karya Marah Rusli )








Oleh :

Ahmad Shodiq  NPM (2110710083)
Yusuf Junaidi    NPM (211071008  )
Anik Masfufah  NPM (211071008  )

                                       
          Dosen pembimbing : Bpk. Badrih, M.Pd



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
Jl.MT.Haryono 193 Malang



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh Nilai Nilai dalam sebuah karya sastra terutama nilai edukatif  makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Nilai Edukatif” dan sengaja dipilih kerena tugas dari dosen untuk mempertimbangkan seberapa besar prestasi yang kita capai.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing  dan teman-teman yang telah banyak membantu kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

                                                                                 
          Malang,26 November 2012
                                                                   
                                                                                                               Penulis





DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………………………………….  I
Daftar isi……………………………………………………………………………………………………………  II
I.                    PENDAHULUAN……………………………………………………………………………….. 1
1.      Latar Belakang……………………………………………………………………………  1
2.      Fokus Permasalahan…………………………………………………………………..  1
II.                  PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….. 2
1.      Kajian Teori
a. opsis………………………………………………………………………………… 3
b.       Analisis Nilai-nilai edukatif dalam novel  Siti Nurbaya…………..................................................................................................4
-          Cinta Kasih Sayang………………………………………………………….  5
-          Perjuangan Hidup…………………………………………………………..  6
-          Sikap Ingin tahu………………………………………………………………. 6
-          Budi Pekerti…………………………………………………………………….. 7
III.                 PENUTUP
a.      Kesimpulan…………………………………………………………………………………. 9
b.      Saran-saran ………………………………………………………………………………..  9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………… 10
BIOGRAFI PENGARANG………………………………………………………………………………………. 11
     
? Siapakah sesungguhnya yang menjadi pahlawan? NALISIS KAARYA SASTRA DENGAN MENGUPAS
  PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA
                                                                   BAB I
                                                   PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Menikmati karya sastra berarti memberikan “ nafas “ bagi jiwa, mengasah seni dan sense lewat karya-karya tersebut, manusia dapat mengasah kepekaan budi dan emosinya, bercermin membandingkan situasi dunia yang dihuni dan dikenal oleh pengarang pada masa lalu itu dengan dunia yang dipijak dan ditempatinya saat ini. Melalui yang menyangkut masa lalu, perasaan tertentu dapat muncul dalam hati, seolah-olah kita sendiri mengalaminya.
Kami hadirkan nilai-nilai karya-karya sastra penulis ternama Indonesia yang menggoreskan penanya pada era sebelumnya dan sesudah kemerdekaan Republik ini.
Marah Rusli adalah contoh sastrawan besar Indonesia yang benar-benar melampaui zamannya. Bersama keindahan cinta Siti Nurbaya dan Samsulbahri, bersama kenangan dan kebencian orang-orang terhadap perangai datuk maringgih yang licik, akan tetapi sekaligus memesona.
Berkali-kali buku Siti Nurbaya dibaca, berkali-kali pula ditemukan keindahan yang berbeda. Berkali-kali novel ini diperbincangkan, bekali-kali pula ditemukan misteri yang tak sama. Benarkah Samsulbahri adalah tokoh yang baik? Mengapa Datuk Maringgih yang digambarkan jahat pada akhir cerita menjadi patriot yang membela tanah air, dan kemudian darah membasahi Ibu Pertiwi
1.2.FOKUS MASALAH
Dalam kaitan tersebut masalah yang ingin dikaji dalam studi mengacu kepada beberapa pertanyaan pokok.
a.      Menggambarkan cinta kasih sayang
b.      Menggambarkan perjuangan hidup.
c.       Menggambarkan sikap ingin tahu.
d.      Menggambarkan budi pekerti.
Dalam diskusi ini akan di bahas yang mengenai nilai-nilai edukatif yang terdapat sebuah novel
 .


BABII
PEMBAHASAN TEORI

Di sinilah karya sastra menjawab suara-suara miring dari kalangan yang mempertanyakan eksistensi dan manfaat karya sastra. Karya sastra tidak hanya bermanfat bagi diri penulisnya (yang dianggap sebagai pencurahan batinnya lewat untaian kata yang indah dan menarik), tetapi justru di dalamnya terkandung pesan moral yang positif bagi pembacanya dan dikandung pula unsur kausalitas hubungan sebab akibat. Sebuah hubungan sebab akibat di dunia fana ini yang mengandung makna siapa berbuat baik, kelak akan mendapatkan kebaikan pula, demikian pula sebaliknya.


        Karya sastra mengandung nilai-nilai kebenaran yang bersifat edukatif dalam suatu budaya dan mengandung keberanian dalam menampilkannya. Hal itu bisa dalam berbagai tokoh dan karakter, atau dalam bentuk utuh sebagai manusia ataupun melalui fabel. Pada akhirnya diakui atau tidak, karya sastra mempunyai kedudukan yang tidak bisa dianggap remeh dalam mempertahankan atau merekam suatu budaya, atau juga sebaliknya dalam membentuk kebudayaan baru, tanpa menghilangkan nilai-nilai edukatifnya yang positif.

Sebelum menganalisis sebuah nilai- nilai  edukatif yang terkandung dalam sebuah karya sastra yaitu Novel “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli, disini kami sedikit menguraikan pengetahuan tentang sekitar nilai-nilai edukatif itu sendiri.
1.PENGERTIAN NILAI
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna.bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
1.1  CIRI-CIRI NILAI
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut.

     a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
      b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
      c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.

1.2.   Pendidikan (Edukatif)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : "pendidikan merupakan  proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik;"
SINOPSIS NOVEL SITI NURBAYA
Sinopsis novel adalah ringkasan cerita novel. Ringkasan novel adalah bentuk pemendekan dari sebuah novel dengan tetap memperhatikan unsur-unsur intrinsik novel tersebut. membuat Sinopsis merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan (novel) yang panjang dalam bentuk yang singkat.
Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan umum pegarangnya.
Sinopsis biasanya dibatasi oleh jumlah halaman, misalnya dua atau tiga halaman, seperlima atau sepersepuluh dari panjang karangan asli.
Berikut ini adalah sinopsis karya sastra.
Identitas Buku
Judul                   : Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )

Pengarang         : Marah Rusli
Penerbit             : Balai Pustaka
Cetakan              : 44 tahun 2008
Tahun Terbit      : 1990
Tempat Terbit   : Jakarta
Tebal Buku        : 334 halaman
Tokoh Utama    : Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman,  dan  

                              Sultan  Mahmud.
Siti Nurbaya merupakan kisah klasik Indonesia. Kisah tragis yang tetap dikenang sampai sekarang. Berkisah tentang dua orang pemuda pemudi,yaitu Samsulbahri, putra dari bangsawan, Sultan Mahmud Syah dan Siti Nurbaya, putri dari saudagar kaya, Baginda Sulaiman. Mereka telah bertetangga sejak kecil. Hubungan persahabatan antara kedua remaja ini lama kelamaan berubah menjadi cinta, yang baru mereka sadari saat Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
Sementara itu, Datuk Maringgih, seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman karena iri terhadap harta kekayaannya. Ia menyuruh anak buahnya membakar toko-toko dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman. Akhirnya Baginda Sulaiman jatuh miskin, tapi ia tidak mengira hal ini diakibatkan oleh akal licik Datuk Maringgih. Ia meminjam sejumlah uang tanpa prasangka apapun. Akan tetapi bagi Datuk maringgih, kedatangan Baginda Sulaiman memang sangat diharapkan. Ia meminjamkan uang dengan syarat harus melunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang ditentukan, Datuk pun datang menagih janji.
Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia tidak dapat melunasi utang. Datuk Maringgih yang tidak mau rugi, mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman, kecuali Baginda menyerahkan Siti Nurbaya untuk dijadikan istri mudanya. Awalnya baginda menolak, karena ia tidak mau putrinya menjadi korban hidung belang Datuk Maringgih. Ia pasrah menjalani hukuman. Saat itulah, Siti Nurbaya keluar dari kamar dan menyatakan bersedia menjadi istri muda Datuk Maringgih, asal ayahnya bebas dari utangnya.
Samsulbahri yang mendengar peristiwa itu, ikut prihatin. Oleh karena itu, saat liburan, ia pulang ke Padang dan menyempatkan menengok Baginda Sulaiman yang sedang sakit.Kebetulan, saat itu Siti Nurbaya sedang menjenguk ayahnya. Merekapun saling menceritakan pengalaman masing-masing. Hal ini diketahui Datuk maringgih dan ia mengira mereka berdua melakukan perbuatan yang tidak pantas. Pertengkaran tak dapat dihindarkan. Ayah Siti Nurbaya yang berusaha melerai, terjatuh dari tangga dan menemui ajal. Selain itu, ayah Syamsul Bahri yang malu atas tuduhan itu, mengusir anaknya. Sementara itu, Siti Nurbaya merasa bebas dan tidak perlu lagi tunduk pada Datuk Maringgih, memilih tinggal dengan keluarganya.
Tapi akal licik Datuk Maringgih tidak berhenti sampai disitu. Sekali waktu dia menuduh Siti Nurbaya mencuri perhiasannya, sehingga ia tidak dapat menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Belum puas, ia menyuruh seseorang meracuni Siti Nurbaya, yang mengakibatkan Siti Nurbaya meninggal. Hal ini mengakibatkan ibu Samsulbahri sedih dan meninggal dunia.

Samsulbahri yang mengetahui hal tersebut sangat sedih dan mencoba bunuh diri. Ia berhasil diselamatkan.

Ia yang frustasi kemudian menjadi serdadu belanda, dengan nama Letnan Mas dan mendapat tugas menumpas pemberontakan di Padang. Ia mendapat perlawanan sengit namun berhasil menumpasnya bahkan berhasil membunuh Datuk Maringgih, si dalang pemberontakan. Karena luka parah, ia dirawat dirumah sakit. Saat itu, timbul keinginannya untuk berjumpa sang ayah. Pada saat terakhir, ia berhasil memberitahu ayahnya bahwa ia, Samsulbahri, masih hidup. Setelah mengucapkan hal itu, ia menghembuskan nafas terakhirnya. Sang ayah yang terkejut dan berduka, ikut menghembuskan nafas terakhir keesokan harinya.
2.Analisis Nilai-nilai Edukatif
Nilai edukatif merupakan nilai yang sangat penting dalam menjalani sebuah kehidupan terutama hidup bersosial di masyarakat, karena Hidup tidak selalu mudah, Hidup tidak selalu menyenangkan dan Kadang-kadang hidup sangat keras.
2.1. cinta kasih sayang
Setiap orang pasti  pernah Merasakan  jatuh cinta.dalam novel Siti Nurbaya.  digambarkan sebuah percintaan antara Siti Nurbaya dan Samsulbahri yang telah membutuhkan  pengorbanan yang besar, walaupun cintanya itu tidak sampai, perasaan cinta sebenarnya mengandung unsur kasih dan sayang terhadap sesuatu. Kemudian, dalam diri akan tumbuh suatu kemauan untuk merawat, memlihara dan melindunginya dari segala bahaya yang mengancam.

 berikut ini adalah kutipan dalam dalam sebuah paragraf.
 Bulan terang bulan purnama
     Nagasari disangka daun
     Jangan dikata bercerai lama
     Bercerai sehari terasa setahun
                                                            (Novel Siti Nurbaya hal. 97-98)
→ketika Nurbaya hendak pulang kerumahnya,  berkatalah samsu “ biarlah ku antarkan engkau kerumahmu, sebab hari telah jauh malam. Tak baik perempuan berjalan seorang diri”
            Oleh karena itu Nurbaya setuju dengan maksud samsu ini, kedua anak muda ini berjalanlah perlahan-lahan menuju rumah Nurbaya, tatkala itu bulan bercahaya bagaikan siang,bintang-bintang yang serupa mustika, berkilauan-berkilauan di langit tinggi , sebagai kunang-kunang ditempat yang gelap, awan bergerak beriring-iring dari barat
 (Novel Siti Nurbaya hal. 97-98).
2        Banyak sekali definisi singkat tentang hidup. Hidup adalah pilihan, hidup adalah perjuangan, hidup adalah belajar, hidup adalah ujian, hidup ini mahal, hidup ini indah, hidup itu pilihan dan masih banyak lagi definisi singkat tentang hidup, hidup adalah ini itu. Dari sekian definisi singkat yang sudah ada tersebut yang paling menarik adalah hidup itu misteri semuanya tergantung pada siapa yang mengartikan yang sesuai dengan pengalaman yang dijalaninya.
3        Dan ada pula tentang hidup dari wacana waktu, yaitu kemarin adalah sejarah, hari ini adalah kenyataan dan hari esok adalah harapan. Harapan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi dalam hal rezeki, kesehatan, pekerjaan, bisnis, usaha dan lain sebagainya dalam hidup. HARAPAN adalah satu hal yang membuat seseorang tetap bertahan dalam hidup. Meskipun harapan itu sendiri adalah sesuatu hal yang tidak pasti atau belum pasti.
4        “Anaknya Samsu itu memang harus disekolahkannya kemana-mana untuk menuntut ilmu yang tinggi-tinggi, sebab jika tak demikian , tentulah anak itu tiada menjadi orang kelak, orang yang sebagai dia, harus membanting tulang  jika tak kaya;
5        (Novel Siti Nurbaya hal. 64)
5.2  Menggambarkan perjuangan hidup
ketika nasib ayahku tertimpa bencana tersebut tapi, kesabaran dan ketabahan hati tanpa putus asa terus semangat untuk bekerja  demi melanjutkan kehidupan, karena kalau disesali juga tidak akan kembali, ayah hanya bisa pasrah kepada Alloh.
2.3. Menggambarkan sikap ingin tahu.
Sebuah karya sastra bisa dikatakan  baik apabila dalam ceritanya itu membuat orang  atau pembaca semakin penasaran ketika membacanya dan selalu ingin mengetahui lebih mendalam tentang kejadian, ungkapan maupun nilai-nilainya  baik nilai sosial, nilai moral, nilai pendidikan (edukatif) dan nilai agama. Rasa ingin tahu itu itu disebabkan ada sebuah moment yang perlu diketahui.
Semenjak dilahirkan, manusia memang merupakan makhluk yang selalu ingin tahu. Dalam diri setiap insan akan timbul rasa puas apabila mereka dapat menyelidiki hal-hal yang menggugah rasa ingin tahu mereka. Selama keinginan itu tidak dicegah oleh pihak luar, maka sepanjang hidupnya rasa ingin menyelidiki ini akan senantiasa ada dalam dirinya. Dengan demikian berarti ia mempunyai kemungkinan untuk mengembangkan minatnya secara luas.
“Apa itu?” “Kenapa?” atau “Di mana?” merupakan bentuk per-tanyaan yang kerap kali keluar dari mulut anak-anak yang mulai pandai , berbicara dan bertanya mengenai segala sesuatu yang dialaminya dalam kontaknya dengan dunia sekitarnya.

Bagi anak-anak, dunia ini sesungguhnya penuh dengan hal-hal yang luar biasa, aneh bahkan misterius. Oleh sebab itu mereka suka mencari tahu dengan meraba atau sekurang-kurangnya dengan bertanya sekitar ‘apa dan mengapa segala sesuatu itu.’

            Dalam kajian ini ada bebrapa kutipan yang menyangkut rasa keingintahuan, antara lain yaitu:
Sebenarnya pikiranku, sekali-kali tidak setuju dengan adat beristri banyak; karena terlebih banyak kejahatannya daripada kebaikannya,”kata maulana sambil termenung mengembuskan asap rokoknya. Banyak kecelakaannya yang sudah kudengar dan banyak sengsaranya, yang sudah kulihat dengan mata kepalaku sendiri.”
ya tetapi sudah adat kita begitu, bagaimana hendak diubah? Dalam agamapun tiada dilarang laki-laki beristri lebih dari seorang, bila kita beranak laki-laki, alangkah malunya kita, walaupun kita bukan orang berbangsa tinggi sekalipun anak kita itu hanya seorang saja istrinya; sebagai orang yang tidak laku kepada perempuan,” jawab fatimah.
→”Sudahkah Engku Datuk Mmalelo mendengar kabar yang kurang baik itu?’ tanya seorang tua, di pasar  Bukit Tinggi, kepada temannya.
“Kabar apakah itu, Engku Malim  Batutah?” sahut sahabatnya.
“Kompeni akan meminta uang belasting kepada kita; jawab Malim Batutah
            “Uang belasting? Uang apa itut anya datuk malelo dengan senyum merengut” ada-ada saja kompeni itu, untuk mencari uang.
(Siti Nurbaya hal 298)
2.4. Menggambarkan budi pekerti
            Keberhasilan proses belajar budi pekerti/ akhlak mempersyaratkan adanya dukungan dari institusi di luar sekolah. Dalam hal ini orang tua, lingkungan masyarakat memberikan ruangan kondusif bagi proses penanaman dan pembentukan budi pekerti.
Tiga unsur penting dalam pendidikan yaitu: (1) Pendidikan merupakan upaya pengembangan kemampuan pribadi dan prilaku, (2) Pendidikan merupakan proses sosial untuk yang ditujukan bagi penguasaan ketrampilan sosial dan perkembangan diri melalui wahana yang terselesai dan terkontrol, (3) Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memusatkan pada proses perubahan pribadi atau paling tepat pembentukan watak manusia melalui belajar dan pembelajaran.
Berikut ini adalah gembaran budi pekerti yang terdapat pada paragraf novel Siti Nurbaya
→“Datuk Maringgih ini bukan seorang muda remaja dan bersikap tampan,  melainkan seorang tua renta yang buruk. Sekarang marilah kita ceritakan adat dan tabiatnya, kalau-kalau berpadanan dengan rupanya. Saudagar ini adalah seorang yang bakhil, loba dan tamak. Tiada pengasih dan penyayang serta bengis kasar budu pekertinya. Asal ia akan beroleh uang, asal akan sampai maksudnya, tiadalah diindahkannya barang sesuatu, tiadalah barang yang ditakutinya barang apapun “. (Novel Siti Nurbaya hal. 95)
→” hai Datuk maringgih apa faedahnya yang sedemikian bagimu dan bagi sesamamu? Engkau dilahirkan dari perut ibumu dengan tiada membawa suatu apapun, dan apabila engkau kelak meninggalkan dunia yang fana ini, karena maut itu tidak dapat kau hindarkan, walaupun hartamu sebanyak harta raja karun sekalipun tiada lain yang engkau bawa ke tempat kediamanmu yang baka itu, melainkan selembar kain putih yang cukup menutup badanmu jua.
            Semasa hidupmu, engaku rebut harta itu dari tangan orang lain , bila engkau telah mati niscaya jatuhlah kembali harta itu ketangan orang  lain itu, inilah yang dikatakan pepatah; berbalas-balas. Segala sesuatu tiada kekal, melainkan  bertukar-tukar dan berpindah-pindah juga.” (Novel Siti Nurbaya hal. 97-98)
“oleh sebab itu berhati-hatilah menjaga diri, dan marilah kita pohonkan bersama-sama kepada rabbul-alamin, supaya mudah-mudahan dipeliharakannya juga kita dalam segala hal. Jika kau goda hatimu dengan pikiran yang semacam tadi, tentulah pelajaranmu tiada akan maju kelak, alangkah sayangnya.





BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dari gambaran novel Siti Nurbaya yang secara rinci telah memberikan sebuah pengalaman yang sangat penting terhadap kehidupan sosial, karena kisah tersebut menggambarkan nilai-nilai, baik nilai sosial, nilai kebudayaan , nilai agama maupun nilai pendidikan. Sebagaimana telah kita ketahui tentang sikap-sikap yang telah dilakukan oleh para tokoh, ada sikap-sikap yang perlu kita contoh seperti samsul bahri dan sikap yang tidak perlu dicontoh adalah Datuk Maringgih yang selalu meresahkan orang lain.  
Berkali-kali buku Siti Nurbaya dibaca, berkali-kalin pula ditemukan keindahan yang berbeda, berkali-kali ditemukan misteri yang tak sama . Novel ini menggambarkan  tentang cinta yang indah. Tentang patriotisme. Dan perjuangan nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada setiap  zaman, secara garis besar novel ini menggambarkan sebuah percintaan yang tidak sampai pada  tujuan , walaupun begitu kesetiaan tetap ada.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan nilai-nilai yang terkandung dalam novel Siti Nurbaya , saran penulis adalah sebagai berikut:
1.       Pendidikan itu sangat penting untuk memperluas pengetahuan, maka dari itu ketika kita membaca-baca. Hendaknya diperhatikan isi pada bacaan tersebut terutama terhadap nilai-nilai pendidikan , sekaligus dapat kita praktekkan , supaya kita tidak tersesat pada hal-hal yang tidak kita inginkan.
2.       Nilai adalah sebuah kontrol kehidupan. Diharapkan setelah membaca analisis ini sikap kita bisa berubah sedikit demi sedikit. Walaupun itu sulit yang penting kita berusaha semaksimal mungkin.





Daftar Pustaka

Kamus besar Bahasa Indonesia,Edisi ketiga, balai pustaka Jakarta 2005.Departemen pendidikan nasional
Marah Rusli,siti Nurbaya (Kasih tak sampai), Jakarta 1990







Biografi Pengarang

Marah Rusli sang sastrawan itu bernama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar dilahirkan di Padang, Sumatra Barat pada tanggal 7 Agustus 1889. Marah Rusli masih termasuk keluarga bangsawan Pagaruyung. Ayahnya bernama Sultan Abu Bakar, adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai demang. Ibunya berasal dari Jawa dan keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro.
Marah Rusli mengawini gadis Sunda kelahiran Bogor pada tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak, dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Keterkenalannya Marah Rusli karena karyanya yaitu Siti Nurbaya yang diterbitkan pada tahun 1920 sangat banyak dibicarakan orang, bahkan sampai kini. Siti Nurbaya telah melegenda, wanita yang dipaksa kawin oleh orang tuanya, dengan lelaki yang tidak diinginkannya.


Pendidikan

Tahun 1904 tamat Sekolah Rakyat di Padang. Tahun 1909 tamat Sekolah Raja (Hoofdenscool) di Bukittinggi. Tahun 1915 tamat Sekolah Dokter Hewan (Vee Arstsen School) di Bogor.


Pengalaman Kerja

Meski lebih terkenal sebagai sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter hewan. Tahun 1915 ia di tempatkan di Sumbawa Besar sebagai Ajung Dokter Hewan. Pada tahun 1916 ia menjadi Kepala Peternakan. Pada Tahun 1920-1922, Marah Rusli diangkat sebagai asisten dosen Dokter Hewan Wittkamp di Bogor. Karena berselisih dengan atasannya, orang Belanda, ia diskors selama setahun. Selama menjalani skorsing itulah ia menulis novel “Siti Nurbaya”. Tahun 1923-1945 menjadi dokter hewan di Semarang. Tahun 1945 menjadi dokter hewan di pengungsian di Sala dan Klaten. Pada tahun 1948 Ia mengajar di Sekolah Tinggi Dokter Hewan di Klaten Kemudian kembali kesemarang dan pensiun tahun 1951. Tahun 1952-1960 dipekerjakan kembali sebagai dokter hewan di Pusat Pendidikan Peternakan Bogor.

Marah Rusli meninggal dunia pada tanggal 17 Januari 1968 dan dimakamkan di Bogor.



















Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright SASTRA MADIREDO2012 | Madiredo Blogger.com.
Oleh sothe six | Al Pujoni Panji Larass and Untuk semua