ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA
Nilai-nilai Edukatif
Karya sastra
(Novel Siti Nurbaya
Karya Marah Rusli )
Oleh :
Ahmad
Shodiq NPM (2110710083)
Yusuf
Junaidi NPM (211071008 )
Anik
Masfufah NPM (211071008 )
Dosen pembimbing :
Bpk. Badrih, M.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
Jl.MT.Haryono 193 Malang
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh Nilai Nilai dalam sebuah karya sastra terutama nilai edukatif makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Nilai Edukatif” dan sengaja dipilih kerena tugas dari dosen untuk mempertimbangkan seberapa besar prestasi yang kita capai.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah banyak membantu kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Malang,26 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………………………………….
I
Daftar isi…………………………………………………………………………………………………………… II
I.
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..
1
1. Latar Belakang……………………………………………………………………………
1
2. Fokus Permasalahan…………………………………………………………………..
1
II.
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..
2
1. Kajian Teori
a. opsis…………………………………………………………………………………
3
b. Analisis Nilai-nilai edukatif dalam novel Siti Nurbaya…………..................................................................................................4
-
Cinta
Kasih Sayang…………………………………………………………. 5
-
Perjuangan
Hidup………………………………………………………….. 6
-
Sikap
Ingin tahu………………………………………………………………. 6
-
Budi
Pekerti…………………………………………………………………….. 7
III.
PENUTUP
a. Kesimpulan………………………………………………………………………………….
9
b. Saran-saran ……………………………………………………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………… 10
BIOGRAFI PENGARANG……………………………………………………………………………………….
11
? Siapakah sesungguhnya yang menjadi pahlawan? NALISIS KAARYA SASTRA DENGAN MENGUPAS
PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Menikmati
karya sastra berarti memberikan “ nafas “ bagi jiwa, mengasah seni dan sense
lewat karya-karya tersebut, manusia dapat mengasah kepekaan budi dan
emosinya, bercermin membandingkan situasi dunia yang dihuni dan dikenal oleh
pengarang pada masa lalu itu dengan dunia yang dipijak dan ditempatinya saat
ini. Melalui yang menyangkut masa lalu, perasaan tertentu dapat muncul dalam
hati, seolah-olah kita sendiri mengalaminya.
Kami hadirkan nilai-nilai karya-karya
sastra penulis ternama Indonesia yang menggoreskan penanya pada era sebelumnya
dan sesudah kemerdekaan Republik ini.
Marah Rusli adalah contoh sastrawan
besar Indonesia yang benar-benar melampaui zamannya. Bersama keindahan cinta Siti
Nurbaya dan Samsulbahri, bersama kenangan dan kebencian orang-orang terhadap
perangai datuk maringgih yang licik, akan tetapi sekaligus memesona.
Berkali-kali buku Siti Nurbaya dibaca,
berkali-kali pula ditemukan keindahan yang berbeda. Berkali-kali novel ini
diperbincangkan, bekali-kali pula ditemukan misteri yang tak sama. Benarkah
Samsulbahri adalah tokoh yang baik? Mengapa Datuk Maringgih yang digambarkan
jahat pada akhir cerita menjadi patriot yang membela tanah air, dan kemudian
darah membasahi Ibu Pertiwi
1.2.FOKUS MASALAH
Dalam kaitan tersebut masalah
yang ingin dikaji dalam studi mengacu kepada beberapa pertanyaan pokok.
a.
Menggambarkan
cinta kasih sayang
b.
Menggambarkan
perjuangan hidup.
c.
Menggambarkan
sikap ingin tahu.
d. Menggambarkan budi pekerti.
Dalam diskusi ini akan di bahas yang mengenai
nilai-nilai edukatif yang terdapat sebuah novel
.
BABII
PEMBAHASAN TEORI
Di sinilah karya sastra menjawab
suara-suara miring dari kalangan yang mempertanyakan eksistensi dan manfaat
karya sastra. Karya sastra tidak hanya bermanfat bagi diri penulisnya (yang
dianggap sebagai pencurahan batinnya lewat untaian kata yang indah dan
menarik), tetapi justru di dalamnya terkandung pesan moral yang positif bagi
pembacanya dan dikandung pula unsur kausalitas hubungan sebab akibat. Sebuah
hubungan sebab akibat di dunia fana ini yang mengandung makna siapa berbuat
baik, kelak akan mendapatkan kebaikan pula, demikian pula sebaliknya.
Karya sastra mengandung
nilai-nilai kebenaran yang bersifat edukatif dalam suatu budaya dan mengandung
keberanian dalam menampilkannya. Hal itu bisa dalam berbagai tokoh dan
karakter, atau dalam bentuk utuh sebagai manusia ataupun melalui fabel. Pada
akhirnya diakui atau tidak, karya sastra mempunyai kedudukan yang tidak bisa
dianggap remeh dalam mempertahankan atau merekam suatu budaya, atau juga
sebaliknya dalam membentuk kebudayaan baru, tanpa menghilangkan nilai-nilai
edukatifnya yang positif.
Sebelum menganalisis sebuah nilai-
nilai edukatif yang terkandung dalam
sebuah karya sastra yaitu Novel “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli, disini kami
sedikit menguraikan pengetahuan tentang sekitar nilai-nilai edukatif itu
sendiri.
1.PENGERTIAN NILAI
Nilai
adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna.bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
1.1 CIRI-CIRI NILAI
Sifat-sifat nilai menurut Bambang
Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut.
a. Nilai itu suatu realitas abstrak
dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat
diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya,
orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa
mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya
nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai
nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai
landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang
berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c. Nilai berfungsi sebagai daya
dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar
dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya
nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat
ketakwaan.
1.2.
Pendidikan (Edukatif)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : "pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik;"
SINOPSIS NOVEL SITI
NURBAYA
Sinopsis novel adalah ringkasan cerita novel. Ringkasan novel adalah bentuk
pemendekan dari sebuah novel dengan tetap memperhatikan unsur-unsur intrinsik
novel tersebut. membuat Sinopsis merupakan suatu cara yang efektif untuk
menyajikan karangan (novel) yang panjang dalam bentuk yang singkat.
Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan
penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan
umum pegarangnya.
Sinopsis biasanya dibatasi oleh jumlah halaman,
misalnya dua atau tiga halaman, seperlima atau sepersepuluh dari panjang
karangan asli.
Berikut ini adalah sinopsis karya sastra.
Identitas Buku
Judul : Siti
Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan
: 44 tahun 2008
Tahun Terbit : 1990
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 334
halaman
Tokoh Utama : Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda
Sulaiman, dan
Sultan Mahmud.
Siti
Nurbaya merupakan kisah klasik Indonesia. Kisah tragis yang tetap dikenang
sampai sekarang. Berkisah tentang dua orang pemuda pemudi,yaitu Samsulbahri, putra dari bangsawan, Sultan
Mahmud Syah dan Siti Nurbaya, putri dari saudagar kaya, Baginda Sulaiman.
Mereka telah bertetangga sejak kecil. Hubungan persahabatan antara kedua remaja
ini lama kelamaan berubah menjadi cinta, yang baru mereka sadari saat
Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
Sementara itu, Datuk Maringgih, seorang saudagar kaya di
Padang, berusaha untuk menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman karena iri
terhadap harta kekayaannya. Ia menyuruh anak buahnya membakar toko-toko dan
semua harta kekayaan Baginda Sulaiman. Akhirnya Baginda Sulaiman jatuh miskin,
tapi ia tidak mengira hal ini diakibatkan oleh akal licik Datuk Maringgih. Ia
meminjam sejumlah uang tanpa prasangka apapun. Akan tetapi bagi Datuk maringgih,
kedatangan Baginda Sulaiman memang sangat diharapkan. Ia meminjamkan uang
dengan syarat harus melunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang ditentukan,
Datuk pun datang menagih janji.
Malang
bagi Baginda Sulaiman. Ia tidak dapat melunasi utang. Datuk Maringgih yang
tidak mau rugi, mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman, kecuali Baginda
menyerahkan Siti Nurbaya untuk dijadikan istri mudanya. Awalnya baginda
menolak, karena ia tidak mau putrinya menjadi korban hidung belang Datuk
Maringgih. Ia pasrah menjalani hukuman. Saat itulah, Siti Nurbaya keluar dari
kamar dan menyatakan bersedia menjadi istri muda Datuk Maringgih, asal ayahnya
bebas dari utangnya.
Samsulbahri
yang mendengar peristiwa itu, ikut prihatin. Oleh karena itu, saat liburan, ia
pulang ke Padang dan menyempatkan menengok Baginda Sulaiman yang sedang
sakit.Kebetulan, saat itu Siti Nurbaya sedang menjenguk ayahnya. Merekapun
saling menceritakan pengalaman masing-masing. Hal ini diketahui Datuk maringgih
dan ia mengira mereka berdua melakukan perbuatan yang tidak pantas.
Pertengkaran tak dapat dihindarkan. Ayah Siti Nurbaya yang berusaha melerai,
terjatuh dari tangga dan menemui ajal. Selain itu, ayah Syamsul Bahri yang malu
atas tuduhan itu, mengusir anaknya. Sementara itu, Siti Nurbaya merasa bebas
dan tidak perlu lagi tunduk pada Datuk Maringgih, memilih tinggal dengan
keluarganya.
Tapi
akal licik Datuk Maringgih tidak berhenti sampai disitu. Sekali waktu dia
menuduh Siti Nurbaya mencuri perhiasannya, sehingga ia tidak dapat menyusul
Samsulbahri ke Jakarta. Belum puas, ia menyuruh seseorang meracuni Siti
Nurbaya, yang mengakibatkan Siti Nurbaya meninggal. Hal ini mengakibatkan ibu
Samsulbahri sedih dan meninggal dunia.
Samsulbahri yang mengetahui hal tersebut sangat sedih dan mencoba bunuh diri.
Ia berhasil diselamatkan.
Ia
yang frustasi kemudian menjadi serdadu belanda, dengan nama Letnan Mas dan
mendapat tugas menumpas pemberontakan di Padang. Ia mendapat perlawanan sengit
namun berhasil menumpasnya bahkan berhasil membunuh Datuk Maringgih, si dalang
pemberontakan. Karena luka parah, ia dirawat dirumah sakit. Saat itu, timbul
keinginannya untuk berjumpa sang ayah. Pada saat terakhir, ia berhasil memberitahu
ayahnya bahwa ia, Samsulbahri, masih hidup. Setelah mengucapkan hal itu, ia
menghembuskan nafas terakhirnya. Sang ayah yang terkejut dan berduka, ikut
menghembuskan nafas terakhir keesokan harinya.
2.Analisis Nilai-nilai Edukatif
Nilai edukatif
merupakan nilai yang sangat penting dalam menjalani sebuah kehidupan terutama
hidup bersosial di masyarakat, karena Hidup tidak selalu mudah, Hidup tidak
selalu menyenangkan dan Kadang-kadang hidup sangat keras.
2.1. cinta kasih sayang
Setiap
orang pasti pernah Merasakan jatuh cinta.dalam novel Siti Nurbaya. digambarkan sebuah percintaan antara Siti Nurbaya dan Samsulbahri yang telah
membutuhkan pengorbanan yang besar,
walaupun cintanya itu tidak sampai,
perasaan cinta sebenarnya mengandung unsur kasih dan sayang terhadap sesuatu.
Kemudian, dalam diri
akan tumbuh suatu kemauan untuk merawat, memlihara dan melindunginya dari
segala bahaya yang mengancam.
berikut ini adalah kutipan dalam dalam sebuah
paragraf.
→ Bulan terang
bulan purnama
Nagasari disangka daun
Jangan dikata bercerai lama
Bercerai sehari terasa setahun
(Novel Siti Nurbaya hal. 97-98)
→ketika Nurbaya hendak pulang kerumahnya, berkatalah samsu “ biarlah ku antarkan engkau
kerumahmu, sebab hari telah jauh malam. Tak baik perempuan berjalan seorang
diri”
Oleh
karena itu Nurbaya setuju dengan maksud samsu ini, kedua anak muda ini
berjalanlah perlahan-lahan menuju rumah Nurbaya, tatkala itu bulan bercahaya
bagaikan siang,bintang-bintang yang serupa mustika, berkilauan-berkilauan di
langit tinggi , sebagai kunang-kunang ditempat yang gelap, awan bergerak
beriring-iring dari barat
(Novel Siti Nurbaya hal.
97-98).
2
Banyak sekali
definisi singkat tentang hidup. Hidup adalah pilihan, hidup adalah perjuangan,
hidup adalah belajar, hidup adalah ujian, hidup ini mahal, hidup ini indah,
hidup itu pilihan dan masih banyak lagi definisi singkat tentang hidup, hidup
adalah ini itu. Dari sekian definisi singkat yang sudah ada tersebut yang
paling menarik adalah hidup itu misteri semuanya tergantung pada siapa yang
mengartikan yang sesuai dengan pengalaman yang dijalaninya.
3
Dan ada pula
tentang hidup dari wacana waktu, yaitu kemarin adalah sejarah, hari ini adalah
kenyataan dan hari esok adalah harapan. Harapan untuk mendapatkan sesuatu yang
lebih baik lagi dalam hal rezeki, kesehatan, pekerjaan, bisnis, usaha dan lain
sebagainya dalam hidup. HARAPAN adalah satu hal yang membuat seseorang tetap
bertahan dalam hidup. Meskipun harapan itu sendiri adalah sesuatu hal yang
tidak pasti atau belum pasti.
4
→ “Anaknya
Samsu itu memang harus disekolahkannya kemana-mana untuk menuntut ilmu yang
tinggi-tinggi, sebab jika tak demikian , tentulah anak itu tiada menjadi orang
kelak, orang yang sebagai dia, harus membanting tulang jika tak kaya;
5
(Novel
Siti Nurbaya hal. 64)
5.2 Menggambarkan perjuangan
hidup
→ “ ketika nasib
ayahku tertimpa bencana tersebut tapi, kesabaran dan ketabahan hati tanpa putus
asa terus semangat untuk bekerja demi
melanjutkan kehidupan, karena kalau disesali juga tidak akan kembali, ayah
hanya bisa pasrah kepada Alloh.
2.3. Menggambarkan
sikap ingin tahu.
Sebuah
karya sastra bisa dikatakan baik apabila
dalam ceritanya itu membuat orang atau
pembaca semakin penasaran ketika membacanya dan selalu ingin mengetahui lebih
mendalam tentang kejadian, ungkapan maupun nilai-nilainya baik nilai sosial, nilai moral, nilai
pendidikan (edukatif) dan nilai agama. Rasa ingin tahu itu itu disebabkan ada
sebuah moment yang perlu diketahui.
Semenjak
dilahirkan, manusia memang merupakan makhluk yang selalu ingin tahu. Dalam diri
setiap insan akan timbul rasa puas apabila mereka dapat menyelidiki hal-hal
yang menggugah rasa ingin tahu mereka. Selama keinginan itu tidak dicegah oleh
pihak luar, maka sepanjang hidupnya rasa ingin menyelidiki ini akan senantiasa
ada dalam dirinya. Dengan demikian berarti ia mempunyai kemungkinan untuk
mengembangkan minatnya secara luas.
“Apa
itu?” “Kenapa?” atau “Di mana?” merupakan bentuk per-tanyaan yang kerap kali
keluar dari mulut anak-anak yang mulai pandai , berbicara dan bertanya mengenai
segala sesuatu yang dialaminya dalam kontaknya dengan dunia sekitarnya.
Bagi anak-anak, dunia ini sesungguhnya penuh dengan hal-hal yang luar biasa,
aneh bahkan misterius. Oleh sebab itu mereka suka mencari tahu dengan meraba
atau sekurang-kurangnya dengan bertanya sekitar ‘apa dan mengapa segala sesuatu
itu.’
Dalam
kajian ini ada bebrapa kutipan yang menyangkut rasa keingintahuan, antara lain
yaitu:
→ “Sebenarnya pikiranku, sekali-kali tidak
setuju dengan adat beristri banyak; karena terlebih banyak kejahatannya
daripada kebaikannya,”kata maulana sambil termenung mengembuskan asap rokoknya.
Banyak kecelakaannya yang sudah kudengar dan banyak sengsaranya, yang sudah
kulihat dengan mata kepalaku sendiri.”
→ “ ya tetapi sudah adat kita begitu,
bagaimana hendak diubah? Dalam agamapun tiada dilarang laki-laki beristri
lebih dari seorang, bila kita beranak laki-laki, alangkah malunya kita,
walaupun kita bukan orang berbangsa tinggi sekalipun anak kita itu hanya
seorang saja istrinya; sebagai orang yang tidak laku kepada perempuan,” jawab
fatimah.
→”Sudahkah Engku Datuk Mmalelo mendengar kabar yang
kurang baik itu?’ tanya seorang tua, di pasar
Bukit Tinggi, kepada temannya.
“Kabar apakah itu, Engku Malim Batutah?” sahut
sahabatnya.
“Kompeni akan meminta uang belasting kepada kita; jawab
Malim Batutah
“Uang
belasting? Uang apa itut anya datuk malelo dengan senyum merengut” ada-ada saja
kompeni itu, untuk mencari uang.
(Siti Nurbaya hal 298)
2.4. Menggambarkan
budi pekerti
Keberhasilan proses belajar budi
pekerti/ akhlak mempersyaratkan adanya dukungan dari institusi di luar sekolah.
Dalam hal ini orang tua, lingkungan masyarakat memberikan ruangan kondusif bagi
proses penanaman dan pembentukan budi pekerti.
Tiga unsur penting dalam pendidikan yaitu: (1) Pendidikan merupakan
upaya pengembangan kemampuan pribadi dan prilaku, (2) Pendidikan merupakan
proses sosial untuk yang ditujukan bagi penguasaan ketrampilan sosial dan
perkembangan diri melalui wahana yang terselesai dan terkontrol, (3) Pendidikan
merupakan disiplin ilmu yang memusatkan pada proses perubahan pribadi atau
paling tepat pembentukan watak manusia melalui belajar dan pembelajaran.
Berikut ini adalah gembaran budi pekerti yang
terdapat pada paragraf novel Siti Nurbaya
→“Datuk Maringgih ini bukan seorang muda remaja dan
bersikap tampan, melainkan seorang tua
renta yang buruk. Sekarang marilah kita ceritakan adat dan tabiatnya, kalau-kalau
berpadanan dengan rupanya. Saudagar ini adalah seorang yang bakhil, loba dan
tamak. Tiada pengasih dan penyayang serta bengis kasar budu pekertinya. Asal ia
akan beroleh uang, asal akan sampai maksudnya, tiadalah diindahkannya barang
sesuatu, tiadalah barang yang ditakutinya barang apapun “. (Novel Siti Nurbaya
hal. 95)
→” hai Datuk maringgih apa faedahnya yang sedemikian
bagimu dan bagi sesamamu? Engkau dilahirkan dari perut ibumu dengan tiada
membawa suatu apapun, dan apabila engkau kelak meninggalkan dunia yang fana
ini, karena maut itu tidak dapat kau hindarkan, walaupun hartamu sebanyak harta
raja karun sekalipun tiada lain yang engkau bawa ke tempat kediamanmu yang baka
itu, melainkan selembar kain putih yang cukup menutup badanmu jua.
Semasa
hidupmu, engaku rebut harta itu dari tangan orang lain , bila engkau telah mati
niscaya jatuhlah kembali harta itu ketangan orang lain itu, inilah yang dikatakan pepatah;
berbalas-balas. Segala sesuatu tiada kekal, melainkan bertukar-tukar dan
berpindah-pindah juga.” (Novel Siti Nurbaya hal. 97-98)
→ “oleh sebab itu berhati-hatilah menjaga diri, dan marilah kita pohonkan
bersama-sama kepada rabbul-alamin, supaya mudah-mudahan dipeliharakannya juga
kita dalam segala hal. Jika kau goda hatimu dengan pikiran yang semacam tadi,
tentulah pelajaranmu tiada akan maju kelak, alangkah sayangnya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari gambaran novel Siti Nurbaya yang secara rinci telah memberikan sebuah
pengalaman yang sangat penting terhadap kehidupan sosial, karena kisah tersebut
menggambarkan nilai-nilai, baik nilai sosial, nilai kebudayaan , nilai agama
maupun nilai pendidikan. Sebagaimana telah kita ketahui tentang sikap-sikap
yang telah dilakukan oleh para tokoh, ada sikap-sikap yang perlu kita contoh
seperti samsul bahri dan sikap yang tidak perlu dicontoh adalah Datuk Maringgih
yang selalu meresahkan orang lain.
Berkali-kali buku Siti Nurbaya dibaca, berkali-kalin pula ditemukan
keindahan yang berbeda, berkali-kali ditemukan misteri yang tak sama . Novel
ini menggambarkan tentang cinta yang
indah. Tentang patriotisme. Dan perjuangan nilai-nilai kemanusiaan yang ada
pada setiap zaman, secara garis besar
novel ini menggambarkan sebuah percintaan yang tidak sampai pada tujuan , walaupun begitu kesetiaan tetap ada.
B. Saran
Berdasarkan
pembahasan nilai-nilai yang terkandung dalam novel Siti Nurbaya , saran penulis adalah sebagai berikut:
1.
Pendidikan itu sangat penting untuk memperluas pengetahuan, maka dari itu
ketika kita membaca-baca. Hendaknya diperhatikan isi pada bacaan tersebut
terutama terhadap nilai-nilai pendidikan , sekaligus dapat kita praktekkan ,
supaya kita tidak tersesat pada hal-hal yang tidak kita inginkan.
2.
Nilai adalah sebuah kontrol kehidupan. Diharapkan setelah membaca analisis
ini sikap kita bisa berubah sedikit demi sedikit. Walaupun itu sulit yang
penting kita berusaha semaksimal mungkin.
Daftar Pustaka
Sumber:
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2094267-contoh-makalah-pendidikan-budi-pekerti
Kamus besar Bahasa Indonesia,Edisi ketiga, balai pustaka Jakarta 2005.Departemen
pendidikan nasional
Marah Rusli,siti Nurbaya (Kasih tak sampai), Jakarta 1990
Biografi Pengarang
Marah Rusli sang
sastrawan itu bernama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar
dilahirkan di Padang, Sumatra Barat pada tanggal 7 Agustus 1889. Marah Rusli
masih termasuk keluarga bangsawan Pagaruyung. Ayahnya bernama Sultan Abu Bakar,
adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai
demang. Ibunya berasal dari Jawa dan keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang
panglima perang Pangeran Diponegoro.
Marah Rusli mengawini
gadis Sunda kelahiran Bogor pada tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak,
dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Keterkenalannya Marah
Rusli karena karyanya yaitu Siti Nurbaya yang diterbitkan pada tahun 1920
sangat banyak dibicarakan orang, bahkan sampai kini. Siti Nurbaya telah
melegenda, wanita yang dipaksa kawin oleh orang tuanya, dengan lelaki yang
tidak diinginkannya.
Pendidikan
Tahun 1904 tamat
Sekolah Rakyat di Padang. Tahun 1909 tamat Sekolah Raja (Hoofdenscool) di
Bukittinggi. Tahun 1915 tamat Sekolah Dokter Hewan (Vee Arstsen School) di
Bogor.
Pengalaman Kerja
Meski lebih terkenal sebagai
sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter hewan. Tahun 1915 ia di
tempatkan di Sumbawa Besar sebagai Ajung Dokter Hewan. Pada tahun 1916 ia
menjadi Kepala Peternakan. Pada Tahun 1920-1922, Marah Rusli diangkat sebagai
asisten dosen Dokter Hewan Wittkamp di Bogor. Karena berselisih dengan
atasannya, orang Belanda, ia diskors selama setahun. Selama menjalani skorsing
itulah ia menulis novel “Siti Nurbaya”. Tahun 1923-1945 menjadi dokter hewan di
Semarang. Tahun 1945 menjadi dokter hewan di pengungsian di Sala dan Klaten.
Pada tahun 1948 Ia mengajar di Sekolah Tinggi Dokter Hewan di Klaten Kemudian
kembali kesemarang dan pensiun tahun 1951. Tahun 1952-1960 dipekerjakan kembali
sebagai dokter hewan di Pusat Pendidikan Peternakan Bogor.
Marah Rusli meninggal dunia pada tanggal 17 Januari 1968 dan dimakamkan di
Bogor.
0 komentar:
Posting Komentar